Selasa, 09 Maret 2010

Kesaksian Pam Stenzel yang lahir dari hasil pemerkosaan

Ayah biologisku adalah pemerkosa. Aku bahkan tak tahu kebangsaanku. Tapi, aku tetap manusia dan punya nilai. Nilai hidupku tak kurang sedikit pun dibandingkan kalian karena caraku dikandung. Dan aku tak layak dihukum mati akibat kejahatan ayahku. Aku sudah dengar gelak tawa mereka. Di Mineapolis mereka berkata, “Anak selalu diinginkan dan direncanakan. Dirimu adalah kesalahan!”

Aku tak percaya itu. Aku percaya setiap anak diinginkan seseorang dan Tuhan mengasihinya. Aku tak mampu menjelaskannya sampai bertemu muka dengan-Nya nanti. Tapi, aku percaya Tuhan punya rencana untukku, dan Tuhanku amat memesona. Dia mampu mengambil rasa sakitmu yang paling parah. Apapun pilihan buruk yang kau ambil atau perlakuan orang merusak dirimu. Dia mampu menjadikan hal itu indah jika kalian menyerahkannya pada-Nya.

Aku belum bertemu ibu kandungku, kuharap suatu hari nanti bisa. Jika tak bisa dibumi, mungkin di surge. Itu doaku sejak umur 4 tahun. Jika nanti kami bertemu, akan kugenggam tangannya dan berkata, betapa aku sangat mencintainya karena dia mencintaiku. Dia cukup mencintaiku untuk memberiku hidup dan juga hadiah paling istimewa yang pernah diberikan kepadaku: keluargaku. Aku tak tahu apa diriku hari ini jika Ibu memutuskan menggugurkanku. Aku amat bersyukur, dia cukup mencintaiku dan memberiku keluarga.

^^ Mengampuni bukan untuk melupakan kesalahan, tetapi untuk menjadikan hal itu sebagai pembelajaran. Mengampuni adalah kita masih mengingat tetapi tidak lagi sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar